Selasa, 08 September 2015

Sejarah singkat berdirinya Pondok pesantren madrosatul Qur'an Kacangan, Andong, Boyolali



Seperti yang banyak dibaca dari sejarah berdirinya pondok pesantren adalah tumbuhnya dari masjid, surau atau mushalla bahkan dari rumah kyai itu sendiri. Demikian halnya dengan pondok pesantren Madrosatul Qur’an.
Pada mulanya pondok pesantren Madrosatul Qur’an berdiri karena kedatangan seorang kyai yang bernama K.H. Chamdani. kyai tersebut berasal (aslinya) dari kota Solo,  pindah ke desa Mojo tepatnya di dukuh  Karangjoho. K.H. Chamdani dipandang mempunyai ilmu khusus ilmu tentang Al-Qur’an karena walaupun beliau tuna netra akan tetapi seorang hafidz (hafal Al-Qur’an). Pada awalnya  K.H. Chamdani menolak apabila ada orang (santri) yang ingin mondok (santri yang ingin menetap dirumah beliau). Karena waktu itu K.H. Chamdani  hanya melayani mengajar membaca Al-Qur’an untuk masyarakat sekitar yang datang kerumahnya. Ternyata minat masyarakat untuk mendidik anak-anaknya dalam membaca dan menghafal Al-Qur’an semakin bertambah. Seiring berjalanya waktu nama K.H. Chamdani semakin dikenal oleh masyarakat luas, masyarakat yang berasal dari luar daerahpun semakin banyak yang mendatanginya dan selalu mendesak K.H. Chamdani agar menerima santri mondok dirumahnya.
Karena desakan dan keinginan masyarakat yang begitu tinggi, maka pada tahun 1980 K.H. Chamdani baru mau menerima para santri yang datang dari dalam maupun dari luar daerah untuk mondok dirumahnya. Namun dalam masa-masa awal penerimaan santri K.H. Chamdani baru mau menerima santri putra, dan setelah dua tahun kemudian K.H. Chamdani mau menerima santri putri. Hal ini dilakukan oleh K.H. Chamdani setelah mendapat dukungan dari masyarakat dan tokoh agama khususnya kecamatan andong. Karena masyarakat sangat butuh pengajaran membaca dan menghafal Al-Qur’an yang diajarkan oleh K.H. Chamdani, sehingga kedatangan seorang kyai yang hafid dan tuna netra itu disambut oleh masyarakat dengan positif.
Pada waktu K.H. Chamdani menerima para santri untuk pertama kali mendidik dirumahnya, dalam keseharianya para santri tinggal satu rumah dengan kyai tersebut, akan tetapi semakin lama semakin banyak santri yang ingin mondok di rumah K.H. Chamdani, sehingga dirasa perlu membangun  rumah pondokan (Asrama).
Untuk membangun rumah pondokan (asrama) K.H. Chamdani menerima wakaf dari saudaranya seluas 30 x 60 m. dari tanah wakaf yang terletak di belakang rumah beliau maka didirikanlah sebuah pondokan (asrama) dengan biaya dari K.H. Chamdani sendiri, kemudian ada sedikit donator dan dibantu oleh masyarakat setempat.
Pada tahun 1400 H (1980 M) pondok pesantren tersebut mulai resmi memakai nama pondok pesantren Madrosatul Qur’an. Awalnya pondok pesantren Madrosatul Qur’an mendidik dan mengajar santrinya hanya khusus Ilmu Al-Qur’an, namun dalam perkembanganya  perkembanganya pondok pesantren  Madrosatul Qur’an mengajarkan ilmu agama yang lain seperti: Fiqih, Aqidah, Akhlak dan tajwid yang merujuk pada kitab-kitab klasik.